KAMPUNG KUMUH DISULAP JADI PENUH WARNA

KESAN kumuh pada pemukiman warga RT 2 dan 3 RW 8 Desa Bobotsari, Kecamatan Bobotsari kini telah sudah hilang. Hal itu setelah kawasan permukiman Kampung Baru disulap menjadi Kampung Warna. Setiap sudut tempat kini bersih dan penuh warna, ditambah dengan sambutan warga yang ramah.

Koordinator pengelola Kampung Warna, Aris Widianto mengatakan, sebelumnya kopleks permukiman kampung baru memang memiliki imej sebagai kompleks yang kumuh. Selain itu, kehidupan masyarakatnya juga cenderung negatif. Bertujuan mengubah imej serta berharap memperbaiki kondisi kehidupan warga setempat, kawasan tersebut sulap menjadi kampung warna.

“Kampung Baru ini mayoritas warganya pindahan dari terminal, dulu kumuh, sampah berserakan, bahkan saking kumuhnya sampai Posyandu ngga boleh masuk sini,” kata Aris, kemarin.

Dia beserta beberapa pemuda lainnya, akhirnya muncul gagasan untuk mengubah imej dan kebiasaan warga sekitar. Dengan modal sepuluh juta, dalam waktu sekitar satu bulan, mereka sulap kawasan tersebut bak pelangi. Karena sekitar 36 rumah yang ada di kawasan RT 2 dan 3 itu dicat dengan berbagai warna dan gambar bermotif.

“Itu modal 10 juta, kami pinjam kas RW, alhamdulillah di acc, pengecatan dilakukan swadaya oleh warga, kalau konsep memang dari para pemuda,” ujarnya.

Selain mengubah tampilan fisik permukiman, anggota Pokdarwis yang berjumlah sekitar 40 orang itu juga berusaha mengubah pemahaman dan pola pikir masyarakat akan pentingnya kebersihan. Dalam upayanya itu, mereka tidak mengalami kendala yang berarti, justru di dukung oleh para tokoh masyarakat setempat.

“Kami lakukan sosialisasi kepada masyarakat, alhamdulillah diterima, meski pun ada yang tidak setuju tapi itu sebagian kecil, dan setelah melihat hasilnya sekarang justru merasakan manfaatnya,” katanya.

Saat ini, tembok-tembok rumah warga menjadi tempat yang menarik. Tembok yang tadinya biasa saja, kini menjadi latar belakang berswafoto bagi para pengunjung. Pada kampung warna, dibagi menjadi tiga zona yakni zona pola warna, zona lorong warna, dan zona lukisan 3D. “Ke depannya, niatnya kami adakan lomba menggambar 3D untuk zona 3D di RT 1, dan pengembangan lainnya,” kata Aris.

Sementara itu, Ketua RW 8, Muhdi, mengakui kalau wilayahnya dahulu memang kumuh dan terkenal dengan imej negatif. Dengan adanya ide dari pada pemuda, dia dan beberapa warganya tidak berpikir lama untuk menyetujui pinjaman uang kas RW.

“Bersyukur gagasan untuk membersihkan kampung kumuh mendapat antusiasme luar biasa dari warga dan pemuda-pemudi desa. Sebelumnya Gang Kampung Baru penuh dengan sampah berserakan. Sungai juga kotor,” ujarnya.

Muhdi menambahkan, saat ini semua warga memiliki kesadaran untuk membuang sampah di tempat sampah. Bahkan, anak kecil sudah rajin tidak asal membuang sampah. Dia beserta warga lainnya, akan terus berupaya menjaga dan mengembangkan Kampung Warna tersebut.

“Gagasan ini didukung penuh baik oleh pemuda, tokoh masyarakat, maupun tokoh agama. Begitu kampung terlihat bersih, indah, banyak mendapat kunjungan, kesadaran untuk menjaga kebersihan tertanam secara mendalam di benak warga. Kami bersyukur dan,”katanya.

Keberadaan Kampung warna yang baru beberapa hari diresmikan ini, sudah tersebar di berbagai daerah. Bahkan, pengunjung di Kampung Warna Bobotsari, tidak hanya warga sekitar saja, beberapa datang dari Purwokerto.

“Tau dari instagram, kaya yang di Semarang itu, jadi penasaran,” kata pengunjung asal Purwokerto, Khonsarizka Ayu Ramadani.

Saat itu, Sari datang bersama rekannya, yakni Nurul Dwi. Setelah mengetahui keberadaannya, mereka kagum dengan ide da gerakan masyarakatnya. Di mana setiap rumah di cat dengan warga yang beraneka ragam dan bermacam pola.

“Kagum, karena bagus dan nggak nyangka masyarakatnya bisa diajak seperti ini, rapi dan warganya ramah, sejak masuk dan setiap papasan selalu disapa dan senyum. Cuma mungkin kurang tempat untuk bersantainya,” kata Nurul.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *