Krisis air bersih pada musim kemarau semakin dirasakan masyarakat Purbalingga. Satu di antara wilayah yang paling terdampak pada musim kemarau tahun ini adalah Kecamatan Bobotsari. Sampai Kamis (19/7), setidaknya sudah 17 tangki air bersih didistribusikan ke wilayah tersebut.
Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Purbalingga, Rusmo Purnomo menyampaikan sejumlah desa terdampak kekeringan dan sudah meminta bantuan air bersih. Sejumlah desa di Kecamatan Bobotsari yang sudah dikirimi air antara lain Desa Banjarsari empat tangki, Desa Karangmalang enam tangki, dan Desa Talagening lima tangki.
“Di Kecamatan Kutasari, ada Desa Candiwulan dua tangki, dan tadi (kemarin, red) pagi ini ada telepon lagi Desa Karangcegak untuk dikirim air bersih sebanyak dua tangki air,” kata Rusmo, kemarin.
Sampai kemarin, sudah 23 tangki air telah terdistribusikan ke beberapa wilayah. Artinya, sekitar 100 ribu liter air bersih sudah didistribusikan. “Yang sudah disalurkan sampai hari ini (19/7) sebanyak 23 tangki air atau kurang lebih sudah 100 ribu liter, kebutuhan yang paling penting adalah untuk keperluan masak sehari-hari,” katanya.
Rusmo menyampaikan, untuk pendistribusian air bersih diharapkan terpusat pada satu titik. Hal itu akan menjadikan efektivitas waktu dan tenaga. Artinya, bagi desa yang meminta bantuan air bersih, hendaknya pemerindah desa tersebut harus bisa mengondisikan warganya untuk berkumpul di satu titik.
“Kalau sehari ngirim sampai tiga kali, kan tidak hanya satu desa biasanya sampai dua desa. Nah begitu ngirim harapan saya ini sudah dipusatkan jadi warga sudah berada di satu titik pengambilan air, bukan didistribusikan tiap rumah,” ujar Rusmo.
Lebih lanjut, Rusmo mengatakan, karena keterbatasan personil, menjadikan satu kendala bagi BPBD. Oleh karena itu, pihaknya menggandeng PDAM untuk pendistribusian air bersih. BPBD menjamin kualitas air yang didistribusikan. “Kami menggandeng PDAM untuk soal ini, karena kami keterbatasan personel,” ujarnya.
Dia mengimbau, bagi desa yang meminta bantuan air bersih, hendaknya tidak melakukan secara mendadak. Pasalnya, setiap air yang didistribusikan, harus air yang baru yang dimasukan ke tangki. Dalam hal ini BPBD ingin menjamin kualitas air yang diberikan merupakan air yang sehat.
“Kalau mintanya mendadak itu kan harus ngisi tangki dulu, kalau saya nyimpen air di tangki itu sangat resiko karena tangki di BPBD kan sudah cukup lama dan di dalam tangki itu sudah ada yang mulai berkarat. Jadi saya pastikan air yang di-droping benar-benar air yang bersih, nah air yang bersih itu kan ciri-cirnya tidak berwarna dan tidak berbau,” ujarnya